Sabtu, 20 November 2010

Good Morning! Good Night! Jakarta!

~16/10/2010~
Sabtu pagi itu aku terbangun di dalam bus. Bus yang AC-nya duiinginn sekali, sehingga aku jadi tau perasaan chicken nugget dan botol Yakult di lemari pendingin supermarket.
Dengan mata yang belepotan tahi mata, kulihat kiri-kanan banyak gedung bertingkat-tingkat. Oh, kayaknya ini udah sampe Jakarta nih. Loh ngapain Yuwono ke Jakarta? Begitulah kalian akan bertanya-tanya kepada sesama kalian. Maka sesama kalian pun akan menjawab, bukankah ada tertulis bahwa Yuwono sang anak manusia telah diterima di sebuah perusahaan di Jakarta, dan bahwa Yuwono akan bekerja di sana mulai hari Senin. Itulah mengapa Yuwono harus meninggalkan kampung halamannya menuju Jakarta.
Oh, yeah!!

Kemudian aku pun mengirim SMS kepada ayah-bunda di Nazareth, kirim kabar supaya ayah-bunda tenang dan nyaman. Maklum lah anak berbakti.
SMS-nya biasa aja sih. Datar, gak pake becanda seperti harapan kalian. Maaf. Itu karena aku masih agak sedih berpisah dengan mereka tadi malam. Aku sampe hampir nangis lho waktu pamitan. Kalo itu masuk acara reality show pasti sudah diekspose habis-habisan. Reality show kan suka banget liat orang nangis-nangis, ato orang marah-marah, ato orang misuh-misuh, ato orang berkelahi... Udah ah, lagi sedih kok masih sempet bahas yang gak penting gitu.

Bus pun berbelok ke terminal Rawamangun dan mengakhiri perjalanannya. Itu kira-kira jam 6 pagi. Begitu sampai, pertama-tama tentu saja aku tak lupa segera meng-update status facebook untuk memastikan eksistensiku di dunia maya. Setelah itu yang kedua barulah mengucap syukur pada Tuhan karena telah melindungi sepanjang perjalanan hingga selamat sampai di Jakarta. Good morning Jakarta!

Pintu bagasi bus pun dibuka. Wohh, lihatlah itu semangat para pemuda terminal! Dengan antusias mereka berlarian menghampiri bagasi, untuk berebut membantu mengambilkan dan membawakan tas koperku. Luar biasa sekali jiwa pelayanan mereka!
Tapi karena aku merasa aku bukanlah siapa-siapa yang pantas untuk dilayani bagaikan seorang Tuan, maka aku pun menghentikan aksi bakti sosial mereka dan memilih untuk membawa koperku sendiri. Eh, mereka tetep ngeyel pengin bawain. Benar-benar orang yang konsisten, aku bangga padamu oh mas pemuda. Setelah diyakinkan berulang kali barulah dia mau mengikhlaskan koperku. Terima kasih atas niat baikmu itu, semoga amal ibadahmu diterima oh mas pemuda.

Kemudian aku menunggu di terminal. Menunggu temen mami yang katanya akan datang menjemput. Naik mobil tentu saja. Karena ketahuilah aku ini anak yang manja dan borju. Sori aja kalo suru naek angkot sendiri.
Sesampainya di rumah temen mami itu, aku bolehlah menumpang mandi walaupun tidak ada sumur di ladang. Nah menurut kalian apakah perlu aku ceritakan secara mendetil apa saja yang terjadi ketika aku mandi? Misalnya ketika kubuka kancing bajuku satu persatu perlahan-lahan dan seterusnya. Ato misalnya bagian apa saja yang aku gosok dan sabuni? Tentu saja para pembaca wanita akan bersemangat tapi aku juga memikirkan perasaan para pembaca pria yang akan bergidik ngeri. Karena itu kita skip saja ya.

Setelah mandi dan makan roti tak beragi, aku diantar ke kantor yang berlokasi di daerah Kepulauan Gadung. Hari itu sampai seminggu ke depan aku akan meniduri guesthouse perusahaan. Jadilah aku ke kantor dulu untuk diurusi orang kantor soal tempat tinggalku itu. Orang kantor itu sebut saja namanya Mas O. Kalau kalian melihat sendiri kantorku, kalian pasti akan iri dan dengki, apalagi kalo kalian dari perusahaan lain. Bagus sekali loh itu kantornya, jauh lebih bagus daripada terminal Rawamangun tadi (ya iyalahh). Aku sampe pengin cium tanah.

Sebelum ke guesthouse, oleh Mas O aku diajak survey lapangan dulu. Ngapain survey lapangan? Ini berhubungan dengan pekerjaan dan merupakan rahasia perusahaan. Jadi tidak akan aku ceritakan selama survey aku ngapain aja. Tapi bolehlah aku ceritakan bahwa aku survey sampai ke daerah Pondok Gede, dan bahwa aku mengendarai motor kantor sendiri sambil mengikuti Mas O dengan motornya di depan, dan bahwa siang itu panas sekali, dan bahwa jalanan macet sekali. Oh, itu macet bukan sembarang macet wahai warga Semarang. Itu adalah macetnya Jakarta. Lihatlah itu jalan raya apa parkiran, kok mobilnya gak bergerak sama sekali gitu. Sepeda motor juga pada lewat di atas trotoar, mungkin pengendaranya ingin bernostalgia saat dulu masih jadi pejalan kaki dan belum mampu kredit motor.

Ini ngapain juga ya orang-orang pada kompak semua mau ke Pondok Gede, sampe jalanan jadi penuh sesak gini. Padahal kan mereka bisa aja ke Ancol, ato ke Dufan, ato ke Monas, ato ke Bali, ato ke Batam, ato Singapore. Sialan sekali.
Ini semua gara-gara J.P. Coen! Kalo dulu dia bikin markas VOC di Papua, pasti Jakarta gak sehebat sekarang ini dan orang-orang gak pada ke sini. Kalo Papua kan besar tuh, jadi kayaknya gak bakal macet kayak gini deh. Ah, dasar kau J.P Coen!

Urusan di Pondok yang Gede itu selesai kira-kira jam 5 sore. Aku pun lalu diantar oleh Mas O ke guesthouse di daerah Kelapa Gading. Sampai di guesthouse kira-kira jam 6 sore. Wohhh... Kalau aku ceritakan guesthouse-nya kayak apa, kalian pasti juga bakal iri dan dengki lagi. Jadi gak usah aja lah ya.

Sesampainya di sana aku langsung mandi di kamar mandinya yang mewah itu, pake aer hangat yang mengucur dari shower. Aslinya si mau berendam juga di bathub-nya, tapi lagi males. Kapan-kapan aja lah, toh masih seminggu aku di sini. Lalu aku rebahan di kasurnya yang springbed dan queensize itu, sambil nonton tipi LCD yang gede seperti Pondok Gede, dengan ratusan channel yang bisa dipilih. Sangar ya sangar ya...

Malemnya si mami telepon, si papi juga ikut ngobrol tapi pake hape si mami. Curang sekali, lagi irit pulsa mungkin. Diingetinnya suru minum vitamin, jangan tidur kemaleman, jangan ngirit-ngirit makan.. Trus juga ngobrol ngalor ngidul... Oh oh betapa aku sudah merindukan kalian! Semoga di sana kalian berdua sehat dan bahagia selalu.



Kuakhiri hari itu dengan menemui si gadis Taiwan di dunia maya. Oh, wajahnya masih cantik seperti sedia kala. Kalau aku ceritakan cantiknya seperti apa, kalian pasti akan benar-benar sangat iri dan dengki, jauh lebih iri dan dengki daripada soal kantor ato guesthouse tadi. Sukurin! Oh, andai saja waktu macet tadi ada dia bersamaku, mau macet sampe tiga tahun pun aku rela... Oh, udah ah, capek...
Good night sweetheart!
Good night Jakarta!
Check out more..